Brian adalah seorang anak pertama dalam
keluarganya, saat ini dia duduk di salah satu sekolah menengah atas yang ada di
bilangan Kramatjati Jakarta Timur. Ketertarikannya kepada literasi sangat
hebat, alhasil dia selalu dapat memenangkan segala lomba atau kejuaraan yang
berhubungan dengan tulisan. Sampai akhirnya pada suatu hari,
dia bertemu dengan seorang gadis sebayanya yang terlihat sangat cantik bagi Brian.
dia bertemu dengan seorang gadis sebayanya yang terlihat sangat cantik bagi Brian.
Begitu tertariknya Ia dengan gadis itu
sampai Ia rela melakukan apapun, pernah suatu hari Brian tega memukul temannya
hanya karena temannya itu menatap si gadis. Tapi, semakin lama si gadis pujaan
mulai menjauhi Brian. “Kau terlalu baik untukku” kata si gadis. Brian
menanggapi itu sebagai sebuah tantangan yang akan Ia hadapi, dan sejurus
kemudian Ia mencari cara agar si gadis pujaan dapat tertarik kembali.
Sampai akhirnya, Brian memutuskan untuk
mengunjungi rumah gadis tersebut, namun yang Ia dapati hanya rumah yang kosong
tanpa penghuni, lalu Ia pun memberanikan diri untuk membuka pintu dan Ia
terkejut karena pintu rumah itu tidak dikunci. Setelah Ia memasuki rumah itu Ia
mencari-cari dimana si pujaan hati berada, tetapi pandangannya tertuju pada
satu perangkat komputer beserta meja dan kursinya yang dipenuhi darah.
“Astaga!
Apa yang telah terjadi disini?” batin Brian.
Ruangan komputer itu sangat gelap, hanya
saja monitor komputer tersebut menyala sehingga daerah sekitarnya dapat
terlihat. Lalu Brian memberanikan diri untuk duduk dan memeriksa komputer
tersebut. Kemudian Brian terkejut, karena setelah Ia duduk di kursi tiba-tiba
seperti ada tali otomatis yang mengikat seluruh tubuhnya, lalu...
“Ujian menghitung dimulai, dalam tes ini,
anda akan dihadapkan dengan soal-soal hitungan yang sangat memerlukan
ketelitian dan ketepatan dalam menjawabnya, hanya akan ada sepuluh pertanyaan
pada permainan ini....” tiba-tiba speaker dari komputer itu bersuara.
“Apa? Tes hitungan? Tapi kenapa sampai
harus diikat seperti ini?” jerit Brian.
“Lihat diatas kepala anda, sebuah besi
runcing yang panas sudah siap untuk menusuk tubuh anda dari atas sampai bawah,
itu terjadi jika anda tidak bisa menjawab pertanyaan yang diajukan, cara
menjawabnya sangat mudah, anda hanya tinggal menyebutkan hasil dari pertanyaan,
karena komputer ini dilengkapi oleh sistem sensor suara, selamat bermain!”
komputer itu kemudian berhenti bersuara, tetapi tidak dengan Brian.
“Hei apa-apaan ini! Aku tidak mau main! Lepaskan aku!” Brian meronta, tetapi
apa yang dilihatnya di monitor lebih membuatnya panik.
“Permainan akan dimulai dalam
3....2....1....”
Muncul pertanyaan pertama, 2+2=...
“Empat!! Jawabannya empat!!, astaga ini
mudah!” jerit Brian
2+3=...
“Lima!!”
Namun, pertanyaan selanjutnya membuat
Brian tercekat,,
Persamaan kuadrat yang akar-akarnya
berkebalikan dari akar-akar persamaan kuadrat 2x-3x+3=0 adalah...
Brian panik, inci demi inci besi tajam
diatasnya mulai turun perlahan, Brian tidak bisa menjawabnya, memang dia pandai
dalam tulis menulis, tapi dalam matematika, dia payah. “AAARgh! Astaga sakit
sekali!!”, besi panas itu mulai melubangi kepala Brian, pertanyaan demi
pertanyaan Ia lewati tanpa terjawab, otaknya terbakar, darah membasahi seluruh
kepalanya, serpihan tengkorak berjatuhan, dia hampir mati.
Ketika sampai pada pertanyaan ke-10, dari
kegelapan muncul sesosok gadis yang daritadi Ia cari, gadis yang Ia puja, tapi
kali ini dengan seringai yang menyeramkan, baju putihnya dipenuhi coretan rumus
matematika. Astaga, aku mencintai orang gila! Batin Brian.
Pertanyaan ke-10 tidak berhasil dijawab,
besi runcing itu kemudian menghancurkan kepala Brian, darah muncrat ke segala
penjuru ruangan, lalu, sang gadis mendekati tubuh Brian dan mengambil kepala
Brian,
“Makan malam...”, katanya..
original story by: admin
0 komentar:
Posting Komentar