dilantunkan oleh Sarasvati, dan lagu ini menjadi trend. Lagu "Boneka Abdi" awalnya memakai
bahasa jerman dan berasal dari jerman, untuk lebih lanjutnya silahkan browsing sendiri untuk
mencarinya, simak kisah berikut ini.
Namaku Tian aku seorang siswa di salah satu SMA Negri di Bandung, sebenarnya aku bukan asli
bandung dan aku berasal dari Cilegon. Aku menetap di bandung sudah 6 tahun semenjak aku SMP,
di bandung aku tinggal bersama saudaraku dan tibalah waktu itu liburan sekolah. Aku pulang ke
cilegon untuk bertemu keluargaku, saat pulang aku disambut berbagai makanan juga saudara-
saudaraku dan setelah cukup mengobrol aku pun pergi ke kamarku yang sudah lama sekali aku
tinggalkan. Aku coba berbaring di tempat tidur sambil mengenang masa-masa dulu.
Tidak sengaja, aku melihat sebuah kotak kardus di atas lemari. Aku bawa kardus itu turun dan ku
buka, isinya ternyata mainanku ketika aku kecil. Mobil-mobilan, robot, namun ada satu mainan yang
seperti tidak asing bagiku. Sebuah boneka perempuan yang memakai gaun dan kulihat dibawahnya
ada tulisan sebuah nama, Devi.
Siapa ya devi, aku membawa boneka perempuan itu turun kebawah dan menunjukan kepada ibuku,
"Mah, ini boneka siapa yach? devi itu siapa?" Ibuku mulai tertegun dan beberapa keluargaku yang
lain juga sepertinya mengetahui sesuatu. Akhirnya ibuku menyuruhku duduk disampingnya dan dia
mulai bercerita, ketika itu aku masih duduk di bangku taman kanak-kanak.
Aku tidak pernah mengingat kejadian waktu masa kecilku, dulu kata ibuku waktu aku masih kecil
aku sedikit aneh dan aku akan dibawa ke dokter specialis penyakit kejiwaan. Katanya saat kecil aku
mempunyai seorang teman baik, yang setiap hari selalu bermain bersamaku. Di sekolah, dirumah
bahkan disaat jalan-jalan dengan ibuku dia selalu mengikuti.
Dia seorang anak perempuan, cantik, berkulit putih, dan rambutnya ikal lalu namanya devi. Aku
ingin berusaha mengingatnya tapi tetap saja tidak ingat. Lanjut ibuku bercerita, meskipun dia tidak
bersekolah yang sama denganku tapi aku sering memberikan kursi sekolah yang kosong untuknya
duduk. Aku diajarkannya membuat manik-manik saat ibuku lalu ulang tahun.
Ibuku sempat bertanya, diajarkan oleh siapa. Aku pun menjawab saat itu diajarkan devi, pernah devi
bermain dirumahku dan dia berebut mainan robot-robotan denganku. Aku sempat memarahinya
karena merebut mainan dariku sampai akhirnya saat aku jalan-jalan dengan ibuku, aku minta untuk
dibelikan boneka perempuan dengan gaun putih itu.
Ibu sempat menolak, karena aku memaksa akhirnya ibu membelikan juga. Lalu aku memberikan
boneka itu kepada devi dan menuliskan namanya di boneka itu. Devi nampak senang sekali aku
berikan boneka itu, hingga hari itu aku dan devi bermain petak umpat di rumah. Ibu memanggilku
dan bertanya aku bermain dengan siapa dan saat itu aku menjawab, aku bermain dengan devi.
Saat itu ibu sedikit khawatir, aku selalu berkata bermain bersama devi. Tapi ibuku sekalipun tidak
pernah bertemu dengan devi. Disaat aku sering bilang bermain bersama devi, tapi ibuku hanya
melihat aku bermain sendirian. Devi itu sepertinya tidak pernah ada, ibuku jadi mempunyai pikiran
aneh tentangku. Lalu ibu memanggilku dan membentak lalu bertanya padaku jika devi itu memang
benar ada tanya dimana rumahnya devi.
Sambil menangis aku bertanya dimana rumahnya devi, saat itu devi membisik kepadaku lalu aku
beritahu ibu bahwa devi tinggal di komplek sebelah rumah blok C. Ibuku dengan kesal memakai
motor lalu mencari alamat rumah di salah satu komplek itu. Setelah bertanya sana sini berkat bantuan
seorang warga, akhirnya ibuku menemukan sebuah rumah.
Dan rumah itu ternyata rumah bekas kebakaran yang sudah hancur dan menurut warga kebakaran ini
memakan satu korban seorang anak kecil perempuan. Ketika sadar akan hal itu, ibuku langsung
bergegas pulang. Namun ketika pulang, dia tidak menemukanku. Ibuku mencari-cari ke seluruh
rumah namun tidak menemukanku, sampai akhirnya ibuku berlari keluar rumah dan melihatku
sedang naik ke sumur.
Ibuku segera lari dan berteriak kepadaku, aku pun selamat dan hampir saja ketika itu nyawaku
berakhir. Disaat ditanya oleh ibu, aku pun menjawab bahwa devi mengajak aku bermain air di dalam
sumur itu. Kekhawatiran ibuku membuatnya memanggil orang pintar dan memisahkanku dengan
devi, ketika itu aku menangis seperti benar-benar kehilangan teman dekat. Dan seiring waktu berjalan
ingatanku tentang devi pun menghilang.
Aku tidak tahu, bahwa dulu aku mempunyai teman hantu bernama devi yang hampir saja
membunuhku. Beberapa hari kemudian, aku pulang ke bandung. Rasa senang bertemu keluarga
disana, membuatku lupa mengenai cerita misteri itu. Seperti biasa ketika sampai dirumah saudaraku
keadaan lagi sepi karena om ku bekerja di pemprov dan dia pasti pulangnya jam 1 malam. Aku
sudah biasa ditinggal seperti ini, aku membuka laptop dan segera browsing. Sejenak aku segera
meninggalkan laptop untuk pergi ke kamar mandi. Dan saat aku kembali ke kamar, lampu kamarku
mati.
Padahal kamar lain nyala, aku mencari saklar lampu dan saat lampu menyala. Astaga di atas lemariku
aku melihat sesosok anak perempuan sedang jongkok dengan tangan-nya menyentuh lutut dan
kepalanya tertunduk sambil menangis.
Aku mengambil selimut lalu melemparkan ke arahnya. Dia lalu mengangkat wajahnya dan jelas
terlihat wajahnya hancur seperti luka bakar. Dan anak kecil itupun tertawa, melompat dari atas
lemari dan berlari menembusku lalu keluar kamar. Aku langsung membanting pintu dan
bersembunyi di balik selimut, tiba-tiba saja ada yang mengetuk pintu kamarku.
Aku tidak tahan lagi, aku membuka jendela dan keluar lewat jendela. Aku berjalan perlahan dan
mencoba untuk turun, lalu saat aku menengok ke bawah. Astaga aku melihat anak kecil itu sedang
lari di halamanku. Spontan aku kaget dan aku terjatuh dari lantai 2, tulang ekorku sakit sekali dan
saat itu samar-samar kulihat anak kecil itu kini berada didepanku dan berjalan menghampiriku lalu
entah apa yang terjadi saat itu aku tidak sadar.
Saat aku tersadar, aku sudah berada di rumah sakit dan kata dokter aku mengalami cedera parah
karena lutut dan tulang ekorku kena. Untung saja tidak terlalu fatal, dan katanya aku diantar
tetanggaku. Lalu tetanggaku bilang dia diberitahu seorang anak kecil bahwa aku pingsan disana, dan
nama anak kecil itu adalah devi. Beberapa hari kemudian, orangtuaku datang bersama salah satu
orang pintar dan dia membawa boneka perempuan bergaun itu. Orang pintar itu bilang, bahwa
karena boneka ini devi datang kembali menemuiku.
"Abdi teh ayeuna, gaduh hiji boneka, Teu kinten saena, sareng lucuna Ku abdi dierokan, erokna sae
pisan Cing mangga, tingali boneka abdi".